Terkini24.ID – Bank Indonesia (BI) mengonfirmasi akan melanjutkan sinergi kebijakan dengan pemerintah melalui skema burden sharing untuk mendukung program ekonomi Presiden Prabowo Subianto. Melalui skema ini, BI akan membeli Surat Berharga Negara (SBN) dan membagi beban bunganya dengan pemerintah, sebuah langkah yang langsung memicu reaksi hati-hati dari pelaku pasar keuangan.
BI menjelaskan, skema ini bertujuan meringankan beban pembiayaan program Asta Cita Presiden Prabowo. Secara teknis, pembagian beban dilakukan dengan memberikan tambahan bunga terhadap rekening pemerintah yang ada di BI, sejalan dengan peran bank sentral sebagai pemegang kas negara. Kebijakan ini diklaim telah sesuai dengan landasan hukum yang berlaku, termasuk UU No. 4/2023 tentang P2SK.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, telah menyampaikan detail skema ini dalam rapat kerja bersama Komite IV DPD RI. Ia menegaskan adanya kesepakatan pembagian beban bunga yang merata untuk mengurangi beban pembiayaan program ekonomi kerakyatan.
“Kami menyepakati pembagian beban bunga, separuh-separuh dengan Kementerian Keuangan,” kata Perry dalam rapat tersebut.
Kabar ini langsung direspons oleh pasar. Pada perdagangan pekan lalu, imbal hasil atau yield obligasi pemerintah (SUN) bertenor panjang terpantau naik, sementara Rupiah ditutup melemah tipis. Analis Mega Capital Sekuritas menyebut reaksi ini wajar karena pengumuman yang terkesan tiba-tiba.
“Pergerakan ini menunjukkan reaksi negatif investor terhadap pemberitaan burden sharing. Namun pasar masih berhati-hati karena pengumuman yang datang tiba-tiba, bahkan anggota Komisi XI DPR RI pun tidak mengetahui detailnya,” tulis analis tersebut.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menambahkan bahwa kerja sama tersebut dirancang untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan independensi Bank Indonesia.



